Pengalaman Kerja Sebagai Pustakawan SD
Oleh :
Vivin Yukhadin
Tulisan ini saya buat karena saya kangen nulis, dan nggak tau mau nulis apa. Jadi, saya
mau nulis pengalaman saya kerja di sebuah sekolah aja kali ya, jadi pustakawan
sekolah gitu. Hehehehee
Pekerjaan
itu mulai saya lakukan sejak tahun 2017 lalu. Saya bisa kerja di sana karena
memang kebetulan jadi pengangguran yang sudah mulai terusik hidupnya karena ibu
dan bapak yang mulai gosipin di belakang, anaknya di rumah mulu ga kerja-kerja. Dan
denger-denger di sekolah itu memang sedang membutuhkan pustakawan.
Sekolah
ini letaknya berada di sebuah desa yang lumayan jauh dari pusat kota, berada di
tengah-tengah perkampungan/ rumah warga. Meski sekolahnya berada di desa, namum
jangan meremehkan prestasi sekolah ini. Siswa-siswinya berprestasi terutama di
bidang pramuka, seni, dan olahraga. Terakhir di tahun 2018, tim bola volinya
maju sampai di tingkat Karesidenan, juara 3.
Okeh,
karena saya anak perpus, jadi ngomonginnya tentang perpus ya.
APA SIH YANG MEMBUAT SAYA SENANG
BEKERJA SEBAGAI PUSTAKAWAN?
Semua
pekerjaan yang halal itu baik, semua pekerjaan punya seninya tersendiri, punya
sudut pandang sendiri yang dengan sudut itu kita bisa memandang untuk menikmati
indahnya. Pustakawan memang bukan pekerjaan yang besar dan dapat dibanggakan,
wkwkwk tapi disyukuri. Indahnya ada di diri pemustakanya (menurut saya). Mau
tahu indahnya?
Indahnya
adalah saat kita bisa mencari dan menemukan buku atau informasi yang pemustaka
butuhkan di antara setumpukan buku, berpuluh judul dan sub judul. Saat
menemukannya ada kepuasaan tersendiri, seolah-olah kita telah sampai di puncak
setelah berlelah-lelah mendaki. Melihat
mereka (read: pemustaka) senyum bahagia karena menemukan buku incarannya,
nah itu yang bikin adem dan ikut senang juga.
PERTAMA YANG DIKERJAN APA?
KERJAAN ADMINISTRASI
Dari
pengalaman saya, pertama yang perlu dilakukan adalah stock opname, cek
ri cek buku yang ada di rak dan cocokkan dengan yang ada di buku inventaris,
itu berguna banget buat tahu berapa jumlah buku yang hilang, dan yang masih
ada. Pernah saya dimintai data buku pengadaan tahun sekian, nah kan kelabakan.
Wkwkwk tapi, untuk kegiatan stock
opname belum sepenuhnya saya lakukan. Setelah itu, bisa dilakukan
re-shelving (pengerakan ulang buku) disusun sesuai subjek buku dan nomer
klasifikasinya. Cara mengerakkan buku adalah dari rak buku paling kiri ruangan,
dimulai dari atas ke bawah mengular seperti huruf S. Setelah itu, bisa deh
dimulai untuk diinput ke sistem automasi perpustakaan misal SLiMS agar dapat
dibuatkan label buku, katalog, dll.
CARA AGAR ANAK MAU KE PERPUS?
Nah ini
saya menyiasatinya dengan membudayakan 5S (SENYUM, SALAM, SAPA, SOPAN, SANTUN),
dan menjadi sahabat buat mereka, mungkin sampai mendengarkan curhatan mereka.
Trik ini lumayan berhasil, mereka jadi nggak takut dan ragu untuk mampir ke
perpus, awal-awal mungkin main-main, lama-lama mereka tertarik untuk mengambil
buku di rak, membacanya, lalu meminjamnya. Heheheee mayanlah...
MINAT BACA
Satu hal
yang ingin saya ketahui sejak masih kuliah yaitu minat baca siswa jaman now. Wkwkw...
ternyata minat baca siswa di sekolah ini lumayan kok, bagus banget malah.
Mereka antusias dengan buku, terutama dengan buku-buku ensiklopedi bergambar,
wah mereka bisa asik diskusi sama temennya. Ada lagi, anak-anak itu suka banget
sama buku-buku tema misteri, horor gitu. Kalau ada buku-buku gitu mereka bisa
sangat asik memandang buku itu lekat-lekat, dibacanya dengan khusyuk. Rata-rata
jumlah peminjam buku tiap harinya di perpus saya paling banyak bisa sampai 30 orang,
paling sedikit 8 orang. Peminjamnya juga bukan hanya siswa, gurunya terkadang
ikut minjem juga, terutama sebagai pegangan guru saat mengajar. Sayangnya,
perpus saya sudah lama tidak melakukan pengadaan lagi. Nah, mungkin itu PR saya
ke depannya.
SUSAHNYA?
Susahnya,
banyak. Karena ini sekolah dasar jadi pemustakanya adalah anak-anak kecil yang
masih suka susah diatur untuk tertib di perpus, nggak bawa jajan masuk ke
ruangan perpus, nggak berisik, susah.
Dan yang paling susah adalah mereka itu paling susah kalau disuruh
ngembaliin buku tepat waktu. Padahal udah diberi sanksi berupa denda, mereka
kayaknya ga terlalu takut sih, tapi yang rajin ngembaliin buku dengan kesadaran
sendiri juga banyak, biasanya saya koordinasi dengan guru kelas untuk anak-anak
yang berbulan-bulan belum ngembaliin buku. Dan di akhir semester saya buat
semacam daftar nama anak-anak yang belum mengembalikan buku dan saya
beritahukan kepada guru kelasnya. Meski gitu, tetep aja masih ada yang belum
ngembaliin buku juga.
KENDALA PERPUS?
Ehm...
kendala mungkin dana kali ya, karena sampai setahun saya di sana belum pernah
diberitahukan jika sekolah itu mengalokasikan dananya untuk perpus,
dialokasikannya lebih untuk beli buku seperti buku kurtilas, buku paket gitu,
kalau untuk kepentingan pengelolaan perpus belum menerima maka, untuk dana bisa
di-support dari denda siswa yang
terlambat mengembalikan buku, untuk sementara ini.
Mungkin
masih banyak banget PR yang masih perlu saya perbaiki untuk ke depannya, namun
pengalaman selama satu tahun bekerja, lumayan mengasyikkan terlebih lagi saya
bisa mengaplikasikan teori, ilmu yang saya dapatkan di bangku kuliah, dan
kecil-kecilan ikut menyumbangkan keringat, pikiran, dan hati untuk negeri ini.
Hehehee
Terkadang
hal kecil yang kita lakukan untuk orang lain dapat berguna bagi mereka.
Semoga hal kecil yang saya lakukan ini, dapat bermanfaat untuk mereka.
Terima
kasih sudah membaca tulisan random saya
ini.
;)
Sedikit
kutipan
"Anak-anak
hidup dan tumbuh sesuai kodratnya sendiri. Pendidik hanya dapat merawat dan
menuntun tumbuhnya kodrat itu " (Ki Hajar Dewantara)
Gambar 1. Anak-anak lagi asik baca
buku cerita misteri (keliatannya asik banget, jadi pengen gabung)
Haii,
BalasHapusSaya baru baca tulisan kamu di tahun 2019. Rasanya saya jadi ikut senang membaca pengalaman kamu sebagai librarian di SD yang ada di desa sana, ibaratnya kamu adalah seekor ikan besar di kolam yang kecil. Keberadaan mu disana bisa bermanfaat untuk anak-anak. Saya juga librarian, saya bekerja di sebuah sekolah swasta international di jakarta. Saya senang dengan profesi saya, dan memang sejak awal passion saya adalah bekerja di sekolah agar dekat dengan anak-anak dan buku-buku. tapi rasanya ada yang salah dengan kondisi ini. saya belum bisa menjadi bermanfaat untuk anak-anak disini, seperti saya adalah ikan kecil yang berada di kolam yang sangat besar dan penuh aturan. saya tak ubah nya sebuah robot yang diletakkan di library. Saya menjadi tidak bahagia. membaca pengalaman mu ini membuat ku envy. kamu hebat ! sebagai librarian peran kita juga besar untuk turut mencerdaskan kehidupan anak bangsa.
Wah, terima kasih ya sudah mampir di blog saya ini dan meninggalkan komentar manisnya.
BalasHapusAwalnya saya menulis ini karena iseng, nggak nyangka bakal ada yang baca.🙏
Saya juga masih belum sempurna, belum sepenuhnya bermanfaat bagi sesama.hehe btw saya masih bertahan sebagai pustakawan di sd saya sampai sekarang, meski ada loker lain, rasanya hati ini masih ada di sd ini. cukup menyenangkan meski harus dibagi dengan tanggung jawab tugas yang lain.
Tapi, nikmatnya bisa mengabdikan ilmu dan melihat antusiasme anak-anak, ngeliat betapa bahagianya mereka saat menemukan buku yang mereka suka. Lelahpun nggak terasa.
Semoga anda juga selalu diberikan semangat dalam menjalani rutinitas harian sebagai pustakawan sekolah. Salam
Subhanaallah, kamu adalah pustakawan yang humoris dan menyenangkan, saya juga adalah pustakawan, saya bangga dengan profesi kita, sangat bermanfaat dan membantu bagi pencari informasi. semoga Allah membalas kasih dan keringatmu saudaraku,salam
BalasHapus@Rina Devina, terima kasih banyak sudah berkunjung ke blog saya, aamiin terima kasih juga untuk doanya. hehe saya mah aslinya pendiem banget di dunia nyata.
BalasHapusbetul sekali, saya merasakan itu ketika bisa membantu pemustaka menemukan informasi yang dicari dari sekian banyak sumber informasi di perpustakaan, itu senengnya masyaALLAH...
semoga kita bisa selalu diberikan kemudahan, semangat, cinta, untuk memberikan sedikit manfaat di bidang yang disukai, perpustakaan. ❤❤❤
Saya sudah bekerja di perpustakaan tngkt SMA sejak 2018 dan di tahun yang sama pula saya baru lulus d3 perpus.
BalasHapusSering saya down ketika kerja karena selain saya sendirian disana (memang tidak ada kepala perpustakaan), ditambah banyaknya rintangan semisal koleksi lama yg belum selesai diinventaris disusul dengan koleksi baru berdatangan, siswa yang setiap hari setiap waktu berdatangan dan kadang membuat pekerjaan pengolahan dan inventaris saya terbengkalai pdhl saya harus menyelasaikannya agar bisa 'move up' dengan kepentingan lain, belum tamparan kenyataan bahwa ternyata yang saya kerjakan sebagai pustakawan yang sendirian saya juga harus bisa mengurus hal-hal yang biasa ditangani kepala perpustakaan seperti urusan anggaran dan program program, semua itu sering saya tahan saja dan jalani terus bertahap dan perlahan, sampai sering saya bawa senyum dan trtawa saja :D
Benarkah jika pemikiran saya seperti ini ya?, yang penting urusan pengolahan dari inventaris hingga mengerak beres, baru urusan 'anggaran dllnya",
karena basic saya lebih senang ke pekerjaan lapangan daripada urusan anggaran dan terbiasa diarahkan (dri pengalaman dulu jadi anak organisasi)
Membaca tulisan kamu membuat semangat saya terpantik mengingat masa dimana saya berapi api mengolah koleksi dan memberi pelayanan kepada siswa, dari tulisan kamu terlihat banget semangatnya, terimakasih, semoga saya bisa terus kembali bersemangat ketika merasakan kesulitan meskipun berulang, down semangat lagi, down semangat lagi!! :)
Sama dengan yang saya alami sekarang
Hapustetap semangat ya kakk.. 😊
HapusWah terima kasih ya sudah membaca tulisan saya, dan berbagi pengalamanmu yang menarik. Salam kenal.
BalasHapusBekerja di perpustakaan sekolah berat ya, hehee benar apa yang kamu ceritakan, tidak ada kepala perpustakaan jikalau ada hanya sebagai formalitas, kegiatan di perpustakaan pustakawan yg handle semua, Huft 🤭
Menurut saya, yg terpenting di dalam perpustakaan adalah pelayanan, perpustakaan bisa hidup dan bermakna jika ada interaksi antara pustakawan, pemustaka, dan bahan pustakanya. Pemustaka datang ke perpustakaan untuk mencari, membaca, dan meminjam bahan pustaka yang mereka inginkan. Hal itu membuat buku-buku yg diolah tidak hanya menganggur sebagai pajangan tapi bisa dimanfaatkan oleh pembacanya.
Selama pandemi perpustakaan sekolah kami tutup, banyak siswa yg protes dan bertanya kapan mereka dapat meminjam buku atau sekedar membaca buku-buku di dalam perpus seperti biasanya lagi ? Wah, itu saya terharu, tidak pernah saya bayangkan jika dengan adanya internet, hape, gim, mereka masih ingin membaca buku di perpus. Apalagi dengan survei2 yg memberitakan indeks membaca rata2 masyarakat indonesia yg masih tergolong rendah. Sebenernya bukan rendah, hanya kurang didorong dan digelorakan lagi semangat membaca buku.
Untuk pengelolaan dan inventaris buku memang rasanya pekerjaan yg tiada akan berakhir, tapi semoga kamu tetap semangat terus ya, dan semoga selalu diberikan hati yg riang gembira dalam bekerja 😀
ya ampun ternyata aku ngk sendirian, makasih ya telah mau berbagi pengalaman kamu diperpustakaan, saya juga bekerja di perpustakaan SD di sebuah desa. Rintangan dan hambatan cukup lumayan, sebagai pustakawan pertama yang mengelolah perpus sesuai dengan jurusannya saya harus memulai semua dari awal hmmm rasanya nano-nano hihi. terkadang aku sampai lupa step apa yg harus aku lakuin selanjutnya hehehe. alhamdilillahnya minat baca anak-anak disini lumayan baik,dan mereka rajin sekali meminjam buku, hmm rasanya senang ya ketika kita bisa bermanfaat buat orang lain. Semangat buat para pustakawan. Kalian Hebat.
BalasHapuswah, pasti seru ya kak pengalamannya. kykny kerja apa aja, meski ngga besar asal ada manfaatnya sedikit aja buat orang lain itu lebih nyes rasanya. kaya, kita hidup di dunia ini ngga mesti jadi pemeran utama 🤭 (apasih)
Hapussemangat terus ya kak, semoga dilancarkan pekerjaanya 🤗
Halo kak. Saya seneng baca artikelnya karena bisa memberikan gambaran di lapangan bagaimana pustakawan bekerja. Ternyata hambatannya emang karena anggaran dan siswanya ya kak. Btw kak ,saya tertarik bekerja jadi pustakawan. Tetapi saya lulusan sosiologi. Apakah saya masih bisa untuk melamar jadi pustakawan? atau ada sertifikasinya dulu? terima kasih kak
BalasHapusHai kak Kiana, wah seneng deh dengernya, pustakawan itu jalannya sunyi kak jarang ada yang mau lho hehe setau aku kak dari uu 43 th 2007 dan pp 24 th 2014 pustakawan itu minimal berasal dari lulusan D2 perpustakaan bisa bidang lain dengan dibuktikan pernah mengikuti diklat/pelatihan dan punya sertifikat kompetensi. Tapi kalau di sekolah lebih fleksibel kak, malah ada istilah guru pustakawan, guru yang mengelola perpus. terima kasih sudah mampir kak, smg membantu sedikit ya...
Hapus