Masih Relevankah Keberadaan Pustakawan di Sekolah ?

Oleh : Vivin Yukhadin

Judul tulisan ini muncul, ketika saya sedang ada di perpustakaan dan kebetulan ada beberapa anak yang membaca koran, mata anak-anak tersebut tertuju pada satu halaman koran, teka teki silang. Mereka asik menebak jawaban teka teki silang tersebut, sampai pada satu pertanyaan yang mereka bingung jawabannya apa, pertanyaan itu cukup sederhana yaitu sebutkan satu kota di NTT berawalan huruf K. Mereka semua berpikir keras mencari jawaban, saat mereka menyerah salah satu di antara mereka nyeletuk, "Tanya bu vivin saja" kata salah seorang dari mereka. Saya yang sedang sibuk merapikan buku-buku yang dipinjam anak-anak ke rak buku, agak heran. "Wah, ini itu seperti harapan dosen saya saat kuliah, di mana pustakawan yang baik harus bisa menjawab setiap pertanyaan dari pemustakanya, pustakawan yang baik harus menjadi tempat bertanya pertama pemustakanya saat mereka kesulitan" batin saya. 

Sebetulnya saat itu, tidak hanya saya saja yang ada di perpustakaan, tetapi ada satu guru kelas juga yang sedang melatih anak-anak yang akan mengikuti lomba. Tetapi, anak-anak ini bertanya ke saya. Karena saking penasarannya, saya arahkan untuk mencarinya di buku referensi (buku atlas), yang khusus membahas Provinsi NTT. Saat anak-anak itu membuka dan mulai mencari, akhirnya mereka menemukan nama kota itu, "Kupang" satu anak mengucapkan dengan keras. Mereka terlihat sangat bersemangat bahagia melanjutkan mengisi teka teki silang tersebut sampai jam istirahat selesai. 

Di lain waktu, beberapa anak juga asik mencari buku, tetapi karena mereka bingung mau baca buku apa, akhirnya saya arahkan anak-anak ini membaca buku ringan seperti komik, buku cerita bergambar, buku dongeng, legenda, cerita rakyat daerah, buku sejarah, buku tentang Nabi dan Rasul, buku tentang masak-memasak atau membuat hiasan (untuk anak perempuan), cerita misteri, buku tengang laut atau hewan, ensiklopedi anak. buku-buku tersebut yang laris menis dibaca di perpustakaan saya, sampai keseringan dipinjam, sampul buku banyak yang lepas. Tetapi hal tersebut tidak menyurutkan mereka membaca atau meminjam buku-buku tersebut.

Cerita sedikit yang agaknya menggelitik di hati saya, selain saya mengurus perpustakaan, saya juga menjadi proktor kegiatan ANBK (Asesmen Nasional Berbasis Komputer) di sekolah saya. Sudah tiga tahun ini saya mendampingi anak-anak mengerjakan tes ANBK. Pada tes ANBK bentuk soalnya kebanyakan cerita, numerasi pun dalam bentuk cerita, dan jawaban dari pertanyaan tidak serta merta terpampang di soal tersebut, tetapi bersifat implisit. Saat ini sering disebut dengan HOTS (Higher Order Thinking Skills) atau bisa diartikan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Beberapa anak, menanyakan kata yang simpel saat mereka mengerjakan simulasi tes ANBK. Pemula, Ilustrasi, Cerdik, Berbincang, Acuh, Selesai Maghrib. mereka umumnya tidak tahu arti kata tersebut, padahal bagi saya kata itu sudah umum dipakai pada bahasa tulis, memang sekarang bahasa lisan lebih casual tidak baku lagi, tetapi jika anak-anak tersebut sering membaca buku cerita pasti di buku cerita tersebut muncul kata minimal kata cerdik, seperti : Kancil yang Cerdik, dll. 

Selain mereka bingung dengan beberapa kata yang asing dibenak mereka, mereka juga asing dengan sudut pandang orang pertama, kedua, ketiga dalam sebuah cerita. Kembali lagi, jika mereka sering membaca buku-buku cerita atau dongeng, mereka tidak akan asing dengan sudut pandang pencerita. Karena di dalam buku cerita akan banyak ditemukan berbagai gaya penceritaan.

Hm, dengan sedikit cerita di atas, cukupkah keberadaan guru sebagai satu-satunya sumber bertanya di sekolah? cukupkah sekolah hanya memprioritaskan guru untuk mengarahkan anak-anak itu mengetahui suatu hal/informasi ?

Saat ini, peran pustakawan memang cukup tidak diperhitungkan di sekolah, semua berpusat pada guru, buku paket, lembar kerja yang disediakan oleh sekolah. Bahkan, di banyak sekolah yang menjadi pustakawan tidak murni dari pendidikan perpustakaan, biasanya diambil dari guru kelas/ guru bahasa indonesia yang diperbantukan. 

Sikap kolaboratif perlu dilakukan antara guru dengan pustakawan, saling mengisi kekurangan yang ada, agar anak-anak ini tidak seperti robot yang melakukan sesuatu setelah mendapat perintah dari pembuatnya. Mereka perlu diarahkan untuk menggemari kegiatan membaca, jika tidak suka membaca buku teks, bisa diarahkan untuk membaca buku elektronik gratis dari Perpusnas. Jika bertumpu pada guru terus, tidak heran lagi kalau tahun depan dan tahun depannya lagi, saya masih akan menjumpai anak2 bertanya hal yang serupa. 


Belajar itu kegiatan yang dilakukan sepanjang hayat (life long learning), dan salah satu tempat yang bisa dijadikan tempat belajar sepanjang hayat adalah perpustakaan. baik perpustakaan desa, perpustakaan kota, perpustakaan sekolah, atau perpustakaan digital. Maka hal itu, perpustakaan sebaiknya dikelola oleh orang yang paham dengan perpustakaan. Dikelola oleh pustakawan yanh dapat menjadi tempat bertanya untuk pemustakanya tentang segala jenis informasi yang ada di perpustakaan, memandu pemustaka mendapatkan informasi tepat akurat yang diperlukan dari beribu buku di perpustakaan.

The American Association of School Libraries (AASL) telah memaparkan lima peran pustakawan sekolah, teman-teman. 

Peran pustakawan sekolah ini sangat penting untuk pengembangan dan pentingnya program perpustakaan sekolah yang efektif. 


1. Berperan sebagai Guru

Siapa sangka, ternyata menurut The American Association of School Libraries, seorang pustakawan dikatakan berperan sebagai guru.

Sebagai guru, pustakawan sekolah mengajak siswa untuk dapat berpikir kritis, pembaca yang antusias, peneliti yang terampil, dan pengguna informasi yang etis.

Pustakawan sekolah juga mendukung keberhasilan siswa dengan membimbing kita membaca agar mengerti dengan dunia yang lebih luas.

Secara tidak langsung, pustakawan sekolah berperan besar untuk meningkatkan tingkat literasi di Indonesia.


2. Berperan sebagai Pemimpin

Tahukah teman-teman? Menjadi seorang pustakawan sekolah juga harus memiliki jiwa pemimpin, lo. 

Sebab, pustakawan sekolah berperan membangun hubungan dengan organisasi dan pemangku kepentingan lainnya. 

Ini bertujuan untuk mengembangkan program perpustakaan sekolah yang efektif dan melakukan nasihat bagi siswa belajar.

Pustakawan sekolah merupakan salah satu kunci keberhasilan program baik formal dan non formal yang dibuat oleh sekolah.


3. Berperan sebagai Mitra Instruksional

Seorang pustakawan sekolah juga memiliki peran sebagai mitra instruksional, teman-teman. 

Apa itu? Disini pustakawan sekolah berperan sebagai petunjuk melalui kerja sama dengan guru kelas untuk menetapkan tujuan pembelajaran. 

4. Berperan sebagai Spesialis Informasi

Menurut The American Association of School Libraries, pustakawan sekolah sudah seharusnya memperkenalkan strategi efektif untuk menemukan dan menggunakan informasi. 

Ini berarti, kita sebagai siswa bisa mengetahui dengan mudah informasi tertentu tentang buku yang akan dicari melalui bantuan pustakawan sekolah. 

Sebab, tugas pustakawan sekolah ini adalah untuk membuat katalog, membuat indeks, dan membuat klasifikasi koleksi yang ada di perpustakaan.

Selain itu, seorang pustakawan sekolah harus ahli dalam berkomunikasi baik lisan maupun tulisan dengan pengunjung perpustakaan.


5. Berperan sebagai Administrator Program

Perlu diketahui, administrator berarti pengurus. Yap, berarti pustakawan sekolah juga harus berperan sebagai pengurus program. 

Program itu yakni sebuah program saat para pengunjung perpustakaan dapat mengakses sumber daya informasi yang dimiliki perpustakaan. 

Kita bisa dengan mudah mengakses buku sesuai dengan ragam kebutuhan dan minat kita. 


Maka, dilihat dari fungsinya dan kebutuhanya, Keberadaan pustakawan masih sangat diperlukan, atau akan selalu diperlukan kapanpu, segunung informasi dan buku yanh ada di perpustakaan atau cloud, harus ada orang yanh bisa mencari dengan tepat akurat cepat informasi tersebut.

Berikut saya sertakan video kegiatan literasi di sekolah saya : 





daftar pustaka 

https://bobo.grid.id/read/083365886/apa-saja-peran-dari-seorang-pustakawan-sekolah-ini-penjelasannya?page=all



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengalaman Kerja Sebagai Pustakawan SD

Masih Cerita Tentang : Pengalaman Kerja Sebagai Pustakawan SD Part II

Etika Profesi Pustakawan